Kamis, 11 Juli 2013

benarkah reformasi dan kudeta bisa menuju pada perbaikan

Moga saja ini jadi pelajaran buat kita dan menyadari ada saja orang-orang yang selalu ingin menghacurkan tananan negara setelah reformasi digulirkan, dengan isu perubahan ke yang lebih baik.
Yang awalnya dipimpin oleh rezim ditaktor selama 60 tahun, dan terjadi reformasi penggulingan kekuasaan, yang kemudian baru dipimpim oleh presiden yang secara langsung dipilih rakyat dan memenangkan 40% suara mutlak menang, ditumbangkan roda kepemimpinanya yang belum genap 1 tahun berjalan.
jika dibandingkan dengan indonesia walaupun tidak sengeri di mesir. Sudah reformasi dan dilengserkanya pemimpin rezim orde baru suharto, tapi tetep saja sama orang-orang yang menjalankan roda pemerintahan adalah pejabat jaman orde baru, artinya reformasi mandek pada tatanan bawah tidak mengganti orang-orang yang ada di dalam pemerintahan yang ada, hasilnya tidak membawa perubahan yang signifikan dari reformasi yang terjadi.
berikut ini ada tulisan dari mas saiful bahri : 

dakwatuna.com – Mesir.  Melalui televisi Aljazeera Mubasher, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi menyampaikan sambutan kepada rakyat Mesir yang sedang berdemonstrasi, beberapa saat sebelum menjelang bulan Ramadhan kemarin.
Beliau menyatakan, pertahankanlah pemerintahan yang sah. Dan aku mengajak seluruh rakyat Mesir dari berbagai macam kalangan dan afiliasi agar berpegang pada satu kesepakatan. Kesepakatan itu benar-benar untuk kebaikan Mesir. Selain itu, hendaknya mereka tidak menyerahkan kekuasaan memerintah negeri ini kepada selain orang yang mereka pilih dalam pemilu.
Beliau menambahkan, sekarang umurku sudah 67 tahun. Di umur seperti ini, aku tidak ingin harta ataupun jabatan. Oleh karena itu, nasihatku benar-benar murni untuk rakyat Mesir yang aku cintai. Bahkan aku pun siap mengorbankan jiwaku demi cinta ini.
Siapakah yang memberi As-Sissi kekuasaan untuk melengserkan presiden yang dipilih oleh rakyat dalam pemilu yang bersih dan terbuka? Mungkin dia berkata, Mursi sudah gagal memimpin. Maka kini aku katakan, konstitusi memberinya kewenangan memimpin selama 4 tahun. Oleh karena itu, kamu tidak berhak untuk menvonisnya telah gagal. Lalu kamu melengserkannya setelah setahun memimpin. Rakyatlah yang telah menyetujui konstitusi ini melalui sebuah referendum. Bahkan ketika ada pihak yang memberikan catatan kepada konstitusi ini, Presiden menjanjikannya untuk dimasukkan agenda pembahasan sidang pertama setelah terbentuk dewan legislatif, yang juga akan melalui pemilu yang terbuka, bersih, dan dingin.
Jika As-Sissi mengatakan bahwa tindakannya adalah menuruti tuntutan rakyat.  
Maka aku katakan, rakyat yang mana? Apakah rakyat yang dimaksud adalah ribuan orang yang berkumpul di Bundaran Tahrir? Lalu bagaimana dengan jutaan rakyat yang berkumpul di tempat-tempat lain di ibukota dan seluruh propinsi?
Beliau bertanya keheranan, bagaimana mungkin seorang menteri melengserkan presidennya? Bagaimana panglima umum menggulingkan panglima tertinggi? Bagaimana mungkin, kita bersabar dengan pemerintah buruk selama 60 tahun, kemudian merasa kegerahan dengan Mursi walaupun baru satu tahun memimpin?
Menentang pemerintahan yang sah dengan cara yang demikian adalah hal yang ditolak, baik oleh agama, akal, ataupun logika. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau jutaan rakyat Mesir yang bangkit melakukan perlawanan. Bukan hanya dari Ikhwan, bahkan bukan hanya dari kalangan gerakan Islam. Mereka semua menuntut dikembalikanya kekuasaan kepada pemerintah yang sah.
Negara ini harus mempunyai kebebasan dalam bersikap, menentukan sikapnya sendiri. Rakyat Mesir tidak akan menyia-nyiakan kebebasan yang telah mereka rebut dengan pengorbanan mereka. Kebebasan yang telah mereka miliki setelah revolusi yang menelan banyak korban luka-luka dan meninggal dunia hanya untuk memperoleh kehidupan demokrasi penuh. Bagaimana mungkin demokrasi ini dicampakkan begitu saja? Oleh karena itu, aku nyatakan kepada seluruh rakyat Mesir, haram bagi kalian menyia-nyiakan hasil perjuangan dan pengorbanan kalian.
Beliau menyebutkan bahwa pembantaian yang terjadi pada shalat subuh hari Senin adalah musibah akbar. Seharusnya, tugas militer adalah melindungi rakyat. Bagaimana mungkin militer menembaki rakyat yang sedang shalat, lalu mereka katakan bahwa rakyat itu bersenjata?! Terakhir, beliau mengatakan dengan penuh keyakinan, “Ketika suatu hari sebuah bangsa menginginkan kehidupan, maka takdir pasti akan memberinya kepada mereka. katakanlah, kebenaran telah datang, kebatilan pasti akan hancur. Buih itu akan segera lenyap, sedangkan yang bermanfaat bagi manusia pasti akan tetap kokoh di muka bumi.”  (msa/sbb/dkw)
Redaktur: Saiful BahriTopik:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar