menanam sawit apa mungkin? ini juga menjadi pertanyaan menanam kurma juga apa mungkin?
kan sama-sama bukan tumbuhan asli indonesia.
perlu orang yang memulai mengembangkan pembibitan kurma, bisa melalui biji setelah kita semai kita tanam akan ketahuan mana yang jantan dan yang betina. setalah tumbuh dan diketahui yang betina ini akan menghasilkan tunas lebih dari 30 tunas dipastikan betina. cukupini cukup untuk menjadi pembibitan induk awal.
lebih bagus lagi jika ada uang beli bibit unggul yang hibrida tapi ini cukup mahal untuk kita berdayakan.
hanya saja kelemahanya jika kita menanam dari biji akan lebih banyak yang jantan dari yang betina.
tapi jika kita sudah dapat yang betina kan kita bisa memperbanyak dengan mengambil tunas-tunas baru yang tumbuh dari pohon kurma betina. rata-rata dalam satu pohon kurma bisa menghasilkan 30 tunas baru untuk menjadi bibit kurma betina.
Masyarakat awam selalu mengira bahwa buah kurma menjadi manis karena diberi
gula (dibuat manisan). Padahal, buah kurma menjadi manis karena mengandung
gula. Kurma yang segar dan utuh, kurang begitu manis karena daging buahnya masih
lebih banyak mengandung karbohidrat yang belum terfermentasi menjadi gula. Beda
dengan kurma yang sudah disimpan lebih dari satu tahun, seluruh karbohidrat
dalam daging buahnya telah terfermentasi penuh menjadi gula. Agar bisa tahan
disimpan lama, kurma perlu dipasteurisasi dan dikurangi kadar airnya.
Karena mengandung gula sampai sekitar 80 %, buah kurma mampu memberikan energi
(kalori) cukup tinggi bagi yang menyantapnya. Masyarakat nomad di gurun pasir
yang biasa berpindah-pindah dan bepergian, bisa tahan berjalan berhari-hari
hanya dengan mengkonsumsi kurma dan minum air. Kebiasaan masyarakat Indonesia
untuk mengkonsumsi kurma pada saat bulan puasa, ada benarnya. Sebab buah ini
mampu memberikan energi instan (segera) untuk memulihkan tenaga. Karenanya,
tiap bulan puasa, impor kurma kita selalu naik tajam dibanding bulan-bulan
biasa. Volume impor kurma Indonesia, tercatat menduduki ranking keempat setelah
apel, jeruk dan pear. Meskipun dalam hal nilai, menduduki ranking kelima
setelah anggur.
Seperti halnya kelapa, aren dan lontar, kurma tradisional di Timur Tengah
baru akan mulai berbuah pada tahun ke delapan sampai dengan ke sepuluh semenjak
tanam. Tetapi kurma-kurma hibrida sudah mampu berbuah pada umur 2,5 tahun.
Batang kurma itu masih belum tampak, yang kelihatan baru pangkal pelepah daum
yang masih menempel di tanah. Malai bunga akan tampai menjuntai di sela-sela
pelepah daun yang penuh duri tersebut. Sekitar 5 bulan sejak bunga pertama
tampak menyembul keluar, maka tandan buah sudah siap dipetik. Tandan buah masak
ini kadang-kadang menyelinap di antara duri-duri pelepah lalu menjuntai
menyentuh tanah. Memetik kurma setinggi 30 m. di Irak atau Yaman Selatan, harus
dengan memanjat. Tetapi memetik kurma hibrida umur 3 sd. 5 tahun, justru harus
berjongkok.
Berkebun kurma secara intensif dan massal, pada prinsipnya sama dengan
penanaman kelapa sawit. Bedanya hanya pada faktor agroklimat. Sawit lebih cocok
ditanam di lokasi dataran rendah basah di kawasan tropis. Misalnya di Sumatera,
Kalimantan dan Papua. Sementara kurma menginginkan kawasan dengan agroklimat
ekstrim kering yang dipengaruhi iklim munson. Di Jawa, agroklimat yang cocok
untuk kurma adalah Rembang, Tuban, Lamongan, Gresik, seluruh pulau Madura;
terus ke arah tenggara ke Pasuruan, Probolinggo dan Situbondo. Kawasan luar
Jawa yang cocok untuk kurma adalah sumatera, Bali utara, Lombok tenggara, Flores, Sumba
dan Timor Barat. Sebenarnya sebagian Sulawesi pun cocok untuk kurma. Asalkan
ketinggian tempat di bawah 50 m. dpl. (kawasan dataran rendah pantai), curah
hujan di bawah 1.500 m. setahun dan hanya terjadi selama 3 bulan dalam setahun.
Suhu udara esktrim pada siang hari sampai 32 atau 35° C. sangat mendukung
kesuksesan budi daya kurma.
Selama ini memang sering muncul pertanyaan, mengapa komoditas yang disebut
sebagai berpeluang untuk diusahakan, sampai sekarang masih juga belum ada yang
mau mengebunkan? Memang informasi mengenai suatu komoditas yang masih
berpeluang untuk dikebunkan, tidak pernah sampai ke masyarakat secara utuh.
Misalnya, menghubungi Asosiasi Petani Kurma Australia, sebenarnya merupakan
pekerjaan mudah. Bahkan Department of Primary Inddustry of Australia (Deptannya
Australia), sering memberikan bantuan pelatihan bagi petani Indonesia secara
gratis termasuk akomodasi dan konsumsi selama pelatihan. Syaratnya petani
bersangkutan bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan bersedia menanggung
biaya transporr PP. Kawasan Gresik, Pasuruan, Probolinggi, Situbondo dan Madura
secara keseluruhan adalah basis NU. Pondok-pondok pesantren di kawasan ini
pasti masih punya lahan cukup dan mampu pula menggerakkan masyarakat untuk
melakukan budi daya kurma. Mengapa mereka tidak juga bisa memulai? Pertama
karena ketiadaan informasi yang cukup, dan kedua karena keterbatasan biaya.
Kalau impor kurma kita minimal mencapai 30.000 ton per tahun (total impor
buah kita 600.000 ton), dengan nilai Rp 5.000,- per kg. pranko Indonesia, maka
devisa yang kita keluarkan secara rutin untuk kurma paling sedikit Rp
150.000.000.000,- (150 milyar rupiah). Angka ini akan sangat menarik untuk
dinikmati oleh masyarakat indonesia, penduduk Indonesia
pasti tambah makmur. Kemampuan ekonomi masyarakat juga akan menjadi lebih
baik. Hingga dalam praktek, produk kurma nasional tidak akan pernah bersaing secara
langsung dengan kurma impor jika kita memiliki kebun sendiri.
pasti bisa
BalasHapus